Minggu, 22 Maret 2015

pertemuan singkat

PERTEMUAN TERAKHIR PART II
Cerpen Karya Risdatul Zulfiah
Pagi ini, Bayu memutuskan untuk menemui Papahnya Yuna di kantornya. Karna hari ini Bayu tidak ada Jadwal kuliah. Tepat pukul 8 pagi, Bayu sudah siap berangkat ke alamat yang pernah di berikan Papahnya Yuna.
“selamat pagi mbak. Saya ingin bertemu dengan Pak Gery Indrawan” ucap Bayu pada resepsionist di kantor Papahnya Yuna. Resepsionist itu pun langsung menelepon ke sekretaris Pak Gery untuk mengkonfirmasi. “oh iya, silahkan Pak sudah ditunggu oleh Pak Gery di lantai 3” ucap Resepsionist itu. tanpa berlama-lama lagi, Bayu langsung menuju ruangan Papahnya Yuna itu.
“selamat Pagi Om” ucap Bayu saat memasuki ruangan Pak Gery yang tak lain adalah Papahnya Yuna. “selamat Pagi Bayu. silahkan duduk” jawab Papahnya Yuna dengan ramah. Bayu pun langsung duduk. “maaf om saya baru datang hari ini. karna kemarin, saya menemani Yuna ke acara di kampusnya” ucap Bayu. “iya saya sudah tau hal itu” jawab Papahnya Yuna. “langsung saja, untuk pekerjaan kamu saya akan menempatkan kamu di Café Nila tempat yang pernah saya bicarakan pada kamu sebelumnya. Untuk awal permulaan, kamu saya tempatkan sebagai pelayan. Tapi jika pekerjaan kamu bagus dan dapat memuaskan pelanggan, saya akan menaikan jabatan kamu” ucap Papahnya Yuna. “iya baik Om. Saya akan bekerja semaksimal mungkin” jawab Bayu.

Setelah selesai menemui Papahnya Yuna, Bayu memutuskan pergi keperpustakaan untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Maklum saja, dia tidak punya fasilitas untuk mengerjakan tugas kuliahnya di kamar kostnya. Tapi tiba-tiba saja, ponselnya berbunyi. “Pagi Bayu” ucap seseorang dari balik ponselnya. “Yuna?” jawabnya. “iya ini aku Yuna. Kamu bisa kerumah aku gak?” Tanya Yuna. “untuk apa? hari ini aku mau mengerjakan tugas kuliah di perpusatakaan” jawab Bayu. “yaahh. Ya sudah kalau kamu tidak bisa” jawab Yuna. “memang untuk apa aku kesana?” tanyanya lagi. “aku ingin minta pendapat darimu” jawabnya. “hemm, nanti selesai mengerjakan tugas aku akan kerumah mu” ucap Bayu. “bener ya?” Tanya Yuna memastikan. “iya iya” jawab Bayu.
Dirumahnya, Yuna merasa sangat senang. Karna Bayu selalu menuruti permintaannya. Dia sama sekali tak pernah menolak. Bayu memang baik. Yuna selalu dibuat senang jika sedang bersama Bayu. yaa meskipun sikapnya kadang dingin dan tak banyak bicara. Tapi itulah yang membuat Yuna merasa tertantang untuk mendekati Bayu.

Waktu sudah menunjukan pukul 2 siang. Itu tandanya, sudah hampir 3 jam Bayu berada di perpustakaan. Tugasnya pun sudah selesai. Dan sekarang dia harus pergi menemui Yuna di rumahnya. Meskipun terasa lelah, tetapi Bayu tidak mau melanggar janjinya. Dia tetap harus pergi ke rumah Yuna dengan kondisi badan yang memang terlihat lelah.
“Yuna” ucap Bayu saat sampai dirumah Yuna. Dengan antusiasnya, Yuna langsung membukakan pintu. “masuk Bay” ucap Yuna dengan senyum sumringahnya. Bayu pun langsung masuk karna memang tangannya sudah ditarik oleh Yuna. “ada apa?” Tanya Bayu saat duduk di ruang tamu. “lihat ini” jawab Yuna dengan menunjukan sebuah pengumuman yang terpampang di layar laptopnya. “lomba menyanyi?” ucap Bayu saat membaca pengumuman itu. “ iya Bay. Aku mau ikut lomba menyanyi ini” jawab Yuna dengan sangat semangat. “kamu yakin?” Tanya Bayu lagi. “iya aku yakin Bay. Kamu mau kan temenin aku ke tempat audisinya?” tanya Yuna penuh harap. “kapan memang audisinya?” Tanya Bayu. “besok siang Bay. Please bisa kan?” Ucap Yuna memohon. Bayu pun berfikir sejenak. “hemm,iya sudah. Kebetulan besok aku kuliah Pagi jadi bisa mengantarmu ke tempat audisi itu” jawab Bayu yang akhirnya memenuhi keinginan Yuna. “yess, makasih Bayuu” ucap Yuna gembira dan secara tak sadar dia memeluk Bayu. Bayu pun langsung melirik kearah Yuna. “eh maaf” sontak Yuna langsung melepas pelukannya itu pada Bayu. wajahnya terlihat memerah karna malu. Itu adalah tindakan paling bodoh yang pernah Yuna lakukan pada seorang pria. “Aahh memalukan” ucapnya dalam hati.
“hari ini aku harus bisa menyusun jadwal sebaik mungkin. Sehabis kuliah, aku harus mengantar Yuna, dan setelah itu aku harus mulai bekerja di Café milik Papahnya Yuna. Hemm semoga saja jantungku tidak kumat” ucapnya dalam hati.

Kegiatan pertama, yaitu berangkat kuliah. Jadwal kuliahnya hari ini sangat padat. 3 mata kuliah harus diselesaikannya sebelum siang hari. Harapannya kali ini tidak ada dosen yang telat. Jadi semua kegiatan yang ia susun dapat berjalan dengan baik.
“huhhh syukurlah, kuliah sudah selesai. Dan sakarang saatnya kerumah Yuna” ucapnya. Tapi tiba-tiba rasa sakit di dadanya kembali muncul. Bayu berusaha tidak panik dengan rasa sakitnya ini. dia memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum pergi kerumah Yuna. Minum air putih dan menarik nafas secara teratur itulah yang Bayu lakukan. Sakitnya ini benar-benar membatasi kegiatannya. Tapi dia sama sekali tidak pernah mengeluh. Dia yakin Tuhan punya rencana yang indah untuknya.

Setelah dirasa sudah agak enakan, Bayu langsung bergegas ke rumah Yuna. “lama banget?” ucap Yuna saat melihat Bayu yang baru sampai dirumahnya. “iya maaf. Tadi dosennya sedikit telat” jawab Bayu berbohong. “hemm, iya udah gak apa-apa” ucap Yuna. Tanpa berlama-lama lagi, mereka langsung pergi menuju tempat audisi menyanyi itu.
Setelah sampai, Yuna langsung mengambil nomer urutan. “nomer 110???” ucapnya dengan mata yang terbuka lebar. “udah lah sabar aja”ucap Bayu menenangkan Yuna.
Sudah hampir 3 jam mereka disini. Dan akhirnya … “nomer 110 silahkan masuk” ucap salah seorang Juri. Yuna pun langsung beranjak dari kursinya dan memasuki ruang audisi. Bayu menunggunya dengan harap-harap cemas. Tetapi Bayu yakin, Yuna pasti lolos.

Setelah hampir 20 menit, Yuna keluar dari ruang audisi tanpa ekspresi. Ini yang membuat Bayu bertanya-tanya dalam hatinya tentang hasil audisi. “bagaimana?” Tanya Bayu. “aku LOLOS Bayuuuu…” jawabnya dengan sanat riang. Tanpa berfikir panjang, Yuna langsung memeluk Bayu. dan Bayu pun menyambut pelukan dari Yuna. Dia ikut senang melihat Yuna senyum seperti itu.
Dalam perjalanan pulang, Yuna tak henti-hentinya menceritakan saat dia berada diruang audisi. Tapi sebenarnya saat itu,Bayu juga sedang menahan rasa sakitnya. Sesak di dadanya kembali muncul. Tetapi dia berusaha untuk tersenyum di depan Yuna. Dia tida mau merusak kebahagiaan Yuna hari ini. dalam sakitnya, Bayu berusaha tersenyum. Sakit. Bahkan sangat sakit. Rasanya sulit untunya sekedar bernafas. Untung saja, kali ini Yuna mengantarkan Bayu pulang sampai ke tempat kostnya.

Setelah mengantar Bayu pulang, Yuna memutuskan untuk segera pulang. Dan Bayu juga langsung masuk kemar kostnya. Dengan terbata-bata,Bayu menaiki satu demi satu anak tangga. Dia terus menerus memegang dadanya yang terasa sangat sakit. Sampai pada akhirnya, Bayu tak kuat lagi untuk menahan. Dan jatuhlah dia. Salah satu teman kostnya melihat Bayu tak sadarkan diri di dekat anak tangga. Teman Bayu pun sontak langsung berlari dan menghampiri Bayu. Dia berteriak meminta pertolongan pada teman-temannya yang lain. Dan akhirnya, Bayu di larikan ke rumah sakit terdekat oleh pemilik Kost dan salah satu teman kostnya.
Bayu kini masuk keruang ICU. Penyakit Jantung Koronernya semakin parah. Karna memang Bayu tidak pernah berobat untuk menyembuhkan sakitnya itu. Teman kostnya yang membantunya tadi pun tak menyangka kalau Bayu mempunyai penyakit serius seperti ini. karna dalam kesehariannya, Bayu selalu ceria dan tak menampakan sedikitpun penyakitnya itu.

Sementara itu, Yuna yang baru saja sampai dirumahnya merasakan perasaan yang aneh saat memegang Jaket Bayu yang tertinggal di Mobilnya.rasanya ia ingin sekali bertemu dengan Bayu saat ini. Tapi tidak mungkin. Ini sudah larut malam. Dan akhirnya Yuna memutuskan untuk mengembalikannya besok.

Ke esokan harinya …
Dirumah sakit, orang tua Bayu baru saja sampai dari Bandung ke Jakarta. Dia tak menyangka kalau anak yang sangat membanggakan keluarga saat ini sedang terbaring lemah di atas tempat tidur dengan berbagai alat medis ditibuhnya. Dan baru kali ini juga, orang tuanya Bayu mengetahui tentang penyakit yang diderita Bayu selama ini. terpukul. Itu sudah pasti.

Sementara itu, Yuna pagi ini sudah sampai di tempat Kost Bayu. perasaannya benar-benar tidak enak saat memasuki gerbang kost. Dan teman Kostnya Bayu kemudia menghampiri Yuna. “cari siapa?” Tanya salah satu teman Kost Bayu. “Bayunya ada?” ucap Yuna. Sesaat temannya Bayu itu langsung terdiam mendengar pertanyaan Yuna. “ini tempat kostnya Bayu kan?” Tanya Yuna lagi. “hem iya benar, tapi Bayunya masuk rumah sakit semalam” ucap temannya Bayu. Sontak Yuna Langsung terdiam. “rumah sakit mana?” Tanya nya dengan menahan tangisan. Dan temannya Bayu pun membertau alamat rumah sakit tempat Bayu di rawat.

Sesampainya dirumah sakit, Yuna langsung menuju kamar tempat Bayu di larikan. Dan langkah kakinya kini membawanya ke ruang ICU. Dia takut. Takut melihat kondisi Bayu saat ini. di depan ruang ICU dia melihat seorang laki-laki dan wanita paruh baya. Dia pun menghampiri sepasang suami istri itu. “kamu temannya Bayu?” Tanya seorang wanita paruh baya itu pada Yuna. “iya, saya temanya Bayu” jawab Yuna. “kami ini orang tuanya Bayu baru saja datang dari Bandung” ucap ibunya Bayu. Yuna pun langsung memeluk ibunya Bayu dengan penuh haru. Air mata mereka tumpah dalam pertemuan kali ini. “Bayu sakit apa bu?” Tanya Yuna dengan air mata yang masih menetes membasahi pipinya. “Bayu terkena penyakit Jantung Koroner. Ibu dan bapak juga baru tau hari ini tentang penyakitnya” jawab Ibunya Bayu. Yuna benar-benar tak percaya dengan kenyataan ini. jantung koroner??? Itu bukan penyakit yang benar-benar serius. Air matanya kini tambah deras keluar dari bola matanya. Perlahan-lahan dia mendekati pintu ruang ICU. Ia ingin melihat ke adaan Bayu dari kaca kecil dekat pintu.

Wajahnya Nampak pucat. Tubuhnya yang baru semalam ia peluk kini lemah dan hanya terbaring kaku di tempat tidur. Matanya yang selalu meyakinkan Yuna untuk percaya diri, kini hanya bisa terpejam. Mulutnya yang selalu berkata IYA saat Yuna meminta sesuatu, kini hanya bisa terdiam dan tak bisa untuk di gerakan. Mustahil ! ini benar-benar mimpi buruk bagi Yuna.
“Tuhan, tolong bilang kalau ini hanya mimpi burukku. Tolong bangun kan aku dari mimpi ini Tuhan. Tolong bilang kalau ini tidak benar-benar terjadi” ucapnya saat terduduk lemas di depan pintu ruang ICU.

Malam ini, cuaca agak mendung. Yuna yang tadinya ingin menjenguk Bayu dirumah sakit harus bersabar sedikit menunggu hujannya reda. Yuna sudah mempersiapkan buah-buahan untuk Bayu. dia dapat informasi dari temannya Bayu kalau Bayu sudah melewati masa kritisnya. Tetapi dia belum bisa keluar dari ruang ICU. Karena jantungnya masih terus harus dibantu oleh alat-alat medis.

Dekat kaca ruang tamu, Yuna melamun mengingat pertemuannya dengan Bayu pertama kali. Mengingat semua kenangan singkatnya bersama Bayu. “Bayu memang pria yang baik. Awal perkenalan, dia sudah bisa membuatku nyaman dan bahagia. Bahkan dia mau menuruti semua keinginanku. Padahal kita baelum lama kenal” ucap Yuna.
“Yunaa” panggil mamahnya dan menghampiri Yuna. Yuna pun menoleh ke arah mamahnya. Tak ada semangat. Bahkan Yuna terlihat tampak lesu. “kamu kenapa sih Na?” Tanya mamahnya dengan penuh lembut. “Yuna mau cerita sama mamah” ucap Yuna. Mamahnya pun mengajak Yuna untuk duduk di sofa ruang tamu. “cerita apa?” Tanya mamahnya sambil membelai rambut anak kesayangannya itu. “aku pernah ketemu seseorang. Bahkan pertemuan pertamaku dengannya hampir membuatnya celaka. Tapi yang gak aku sangka, ternyata pertemuan itu malah membuatku dan dia semakin dekat dan menjalin sebuah hubungan pertemanan. Yaa, belum lama sih. Aku berteman dengannya kira-kira baru sekitar 4 hari dengan hari ini. tapi dia itu baik banget. Dia mau menuruti permintaannku. Dia sama sekali gak pernah menolak keinginanku mah. Seperti acara di kampus. Dia mau mengantarku. Padahal aku tau, dia baru aja pulang kuliah. 
Aku ngerasa nyaman banget mah dekat dia. Aku merasa selalu seneng” ucap Yuna saat menceritakan sosok Bayu pada mamahnya. Mamahnya pun tersenyum. “sepertinya anak mamah ini sedang jatuh cinta” ucap mamahnya sambil tersenyum kearah Yuna. Yuna terdiam saat mamahnya berkata seperti itu. “apa benar aku jatuh cinta pada Bayu?” gumamnya dalam hati. “hemm, kok kamu gak pernah kenalin laki-laki itu ke mamah?” Tanya mamahnya. “gimana aku mau kenalin ke mamah, mamahnya baru pulang dari Surabaya. Tapi papah udah pernah ketemu sama laki-laki itu mah” jawab Yuna. “oh ya? Mamah mau ketemu dong Na. kapan-kapan ajak ya dia kesini” ucap mamahnya lagi. “hemm.. gak bisa mah. Saat ini, dia lagi dirumah sakit. Dia terkena penyakit jantung koroner. Dan sekarang dia ada diruang ICU mah” jawab Yuna dengan memperlihatkan wajahnya yang sedih. “hemm, kalau mamah boleh tau siapa nama laki-laki itu?” ucap mamahnya. “namanya Bayu mah. Dia hebat loh ma. Dia dari Bandung ke Jakarta untuk kuliah. Fakultas kedokteran lagi di UI” jawab Yuna sekaligus menceritakan sosok Bayu yang ia kagumi.

Tak terasa, hujan sudah berhenti membasahi bumi. Dan Yuna pun langsung berpamitan dengan mamahnya untuk menjenguk Bayu dirumah sakit. Tanpa di sangka, ternyata mamahnya ingin ikut menjenguk Bayu. dan akhirnya mereka pun berangkat berdua.

Setelah 30 menit dalam perjalanan, mereka pun sampai dirumah sakit. Disana ada kedua orang tua Bayu dan teman SMA Bayu di Bandung yang bernama Virgo. Yuna dan mamahnya pun langsung menghampiri mereka. Yuna bersalaman dengan kedua orang tua Bayu. “ibu bapak, bagaimana keadaan Bayu?” Tanya Yuna. “Alhamdulillah nak, Bayu sudah melewati masa kritisnya. Oh iya, kenalin ini teman SMAnya Bayu di Bandung. Namanya Virgo” ucap Ibunya Bayu sambil memperkenalkan Virgo. Begitupun Yuna, dia juga memperkenalkan mamahnya pada kedua orang tua Bayu. “Bu, saya boleh bertemu Bayu?” Tanya Yuna. “iya boleh nak. Silahkan” jawabnya.

Yuna pun masuk kedalam ruang ICU. Sebenarnya sangat berat.Cuma dia harus melihat Bayu. sosok yang begitu baik padanya. Di samping tubuh Bayu yang terdiam kaku, Yuna mencoba untuk memegang tangannya. dia berbisik di telinga Bayu “Bayu, ini aku Yuna. Kamu harus sembuh. Kamu harus kuat. Kamu harus liat aku saat bernyanyi di hadapan banyak orang. Aku juga mau melihat kamu menjadi seorang dokter. Kamu harus sembuh Bay. Harus”. Tak terasa air matanya menetes dan membasahi tangan Bayu. secara tiba-tiba, Bayu mencoba membuka matanya. Dia melihat Yuna. “Bayu..” ucapnya saat melihat Bayu sadar. Yuna pun segera memanggil kedua orang tua Bayu.
“Yunaa” ucap Bayu pelan. mulutnya terasa sulit untuk berbicara. Matanya juga tak sepenuhnya dapat terbuka. “iya ini aku Bayu” jawab Yuna dengan mata yang sudah belinang air mata. “ma..ka..sih buat se..mu..a..nya” ucap Bayu lagi dengan nada yang terbata-bata. “gak..gakk.. kamu gak perlu bilang terima kasih. Aku lakukan ini karna kamu orang baik Bay” jawab Yuna dengan terus memegang tangan Bayu. “bu, Pak. Maafin Bayu. maaf buat semua kesalahan Bayu selama ini” ucapnya pada kedua orang tuanya. Kedua orang tua Bayu hanya bisa menangis tanpa mengucapkan apa-apa lagi. “Yuna, kamu mau janji sama aku?” Tanya Bayu. “janji apa?” jawab Yuna sambil menghapus air matanya. “kamu harus capai cita-cita kamu untuk menjadi seorang penyanyi. 
Kalau aku udah gak ada, kamu harus bisa menjalani hidup kamu seperti sebelum mengenal aku. gak boleh ada air mata lagi yang menetes di pipi kamu. Janji?” ucap Bayu sambil sesekali merintih sakit di jantungnya. “kamu gak boleh tinggalin aku Bay” ucap Yuna yang kini air matanya makin deras membanjiri wajahnya. “kamu gak perlu takut kehilangan aku. meskipun aku gak ada disisi kamu, tapi kamu akan selalu ada di hati aku” jawab Bayu. “aku sayang kamu Bay. Aku cinta sama kamu. Kamu udah buat aku nyaman selama ini. meskipun kita baru kenal kurang dari seminggu. Tapi aku sudah bisa merasakan kebahagiaan bila dekat sama kamu” ucap Yuna. “aku juga sayang kamu Na. tapi mungkin aku benar-benar harus pergi. Ikhlasin aku ya” ucapnya sambil mencoba untuk tersenyum. Dan akhirnyaaaa ……. “Bay.. bangun Bay. Bangun Bayu !” teriak Yuna sambil terus menerus membangunkan Bayu yang tiba-tiba saja tak sadar. Tim dokter pun langsung masuk keruang ICU. Semua orang yang berada diruang ICU, di persilahkan untuk keluar dari ruang ICU.

Setelah beberapa jam tim dokter memeriksa keadaan Bayu. akhirnya salah satu dokter keluar dan memberikan informasi yang cukup mengejutkan pada kedua orang tua Bayu dan Yuna. “maaf Bu pak, kami tidak dapat menyelamatkan nyawa anak ibu dan bapak. Kami turut berduka cita” ucap dokter yang memeriksa keadaan Bayu.
Semua air mata kini tumpah mendengar kenyataan ini. terutama Yuna. Yuna pun langsung masuk kedalam ruang ICU untuk melihat jenazah Bayu. tangisan tak henti-hentinya terlihat dari wajah Yuna. Dia benar-benar terpukul dengan kenyataan pahit ini.
Pertemuannya dengan Bayu memang terbilang sangat singkat. Ya, hanya 3 hari. Tapi waktu iyang sebentar itu dapat menumbuhkan rasa cinta dan sayang pada diri Yuna dan Bayu saat ini. mungkin saat ini Bayu memang tak ada. Tetapi jiwa dan Raganya masih tetap tersimpan dala hati Yuna. “selamat tinggal Bayu. kenanganmu akan terus abadi didalam hidupku”ucap Yuna saat melepas kepergian Bayu.

1 tahun kemudian…
Waktu sudah berjalan satu tahun semenjak kepergian Bayu. dan kini, Yuna sudah menjadi penyanyi terkenal seperti cita-cinta terdahulu. Mungkin Bayu bangga melihatnya yang sudah dapat menggapai impiannya. Saat ini, Yuna akan menggelar Konser tunggalnya.
“lagu terakhir ini, saya persembahkan untuk seseorang yang menjadi cinta pertama saya. Seseorang yang kini sudah bahagia dialam yang berbeda dengan kita. Seseorang yang berperan penting dalam kesuksesan saya kali ini” ucap Yuna kepada para penonton yang hadir di konser Tunggalnya. Sebuah lagu yang berjudul “Merindunya” adalah lagu terakhir yang menjadi penutup konser Yuna Rahmanya . dan inilah liriknya :
Katakan kepadaku
Haruskah jalan ini kulalui
Tak bisakah waktu ku putar kembali
Saat kita masih bersama

* jelaskan kepadaku
Mengapa takdir ini yang terjadi
Saat ku mengerti artinya mencinta
Secepat surga menginginkannya

Reff:
Tuhan kembalikan dia padaku
Karna ku tak sanggup
Berada jauh darinya

Kirimkan malaikat cinta untuknya
Sampaikan pesan dariku
Yang slalu merindunya

Tamat
 
@riri lucaz..
TERPISAHKAN OLEH TAKDIR
Cerpen Karya Alif Fatin Fadhilah
“Ketika ketulusan cinta dan kesucian niat telah dipatahkan begitu saja oleh keadaan, langkah terakhir hanyalah ikhlas. Mengikhlaskan semua yang terjadi dan melihatnya berjalan sesuai dengan kehendak Allah. Pahit memang, perih tentu.”. Hanya sebuah ratapan dari gadis kecil yang tak berdaya, aku.

Sebut saja aku Elis. Aku terkenal pendiam di desaku. Aku adalah gadis yang kini beranjak dewasa. Sejak kecil aku jarang keluar dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Tapi jangan salah, aku selalu aktif jika ada kegiatan di desaku. Seperti karang taruna, yasinan, dhiba’, atau kegiatan positif yang lain. Sejak aku menginjak SMP, aku sudah menjadi anggota dari karang taruna di desaku. Saat itu, aku mengagumi seorang lelaki yang sangat tampan, menurutku. Namanya Mas Roni. Pawakannya yang tinggi, kulitnya yang putih, alisnya yang tebal, bonus aura cerah yang selalu keluar dari parasnya. Tidak hanya tampan, tetapi juga baik, dewasa, bijaksana, pintar, dan pekerja keras. Dan yang paling penting, dia rajin beribadah dan tata kramanya bagus. Mapan dengan usahanya sendiri adalah bonus. Ya. Walaupun dia anak orang berada, tetapi dia sudah mandiri dari kecil. Mana ada wanita yang tak terkesima dengan lelaki model seperti ini? Apalagi di zaman sekarang, para wanita lebih banyak mengingikan pria yang bisa mengayomi dan bertanggung jawab. Mungkin hanya satu kekurangannya menurutku, dia agak kurus. Dan… usia kami terpaut cukup jauh. Kami saling mengenal sejak kecil. Kegiatan di karang taruna membuat kami sering bertemu. Dia sering menggodaku dengan berbagai rayuan dan perhatiannya. “Duh… kenapa orang ini? Bikin GR aja. Nggak mungkin dia suka sama aku. Aku terlalu muda untuknya.”, batinku saat itu. Walaupun sebenarnya jauh di lubuk hatiku memendam rasa bahagia yang tak terkira. Sebenarnya aku agak lupa kapan tepatnya aku mulai mengaguminya sampai aku jatuh hati kepadanya. Banyak orang mengatakan perasaan mengagumi itu tidak akan bertahan lama. Kata siapa? Aku masih menganguminya, sampai…

***

Kini aku sudah beranjak dewasa. Aku sudah duduk di bangku SMA kelas 3. Saat itu aku sudah tidak lagi menjadi anggota, tetapi bendahara di karang taruna. Dan dia yang menjadi ketuanya. Kebetulan bertepatan menjelang HUT RI. Karang taruna kami berencana menyelenggarakan acara Agustusan untuk memeriahkannya. Segala persiapan untuk lomba dan pensi kami lakukan. Kesempatan itulah yang membuat kami semakin dekat karena seringnya bertemu dan berinteraksi. Tak jarang dia mengajakku keluar, walau hanya sekedar makan atau jalan-jalan. Tetapi, aku menolaknya. Aku tidak enak kalau sampai ada tetanggaku yang mengetahuinya. Bisa-bisa timbul gosip yang tidak-tidak. Dan yang membuatku tercengang, dia sempat mengungkapkan bahwa dia benar-benar serius kepadaku dan ingin melamarku.
“Aku sayang sama kamu, dek.”, katanya sambil menggenggam kuat tanganku. Wajahnya berubah serius.
“Hahaha, apa sih mas ini.”, jawabku sambil tertawa. Aku berpura-pura santai. Padahal dag dig dug der sekali hatiku saat itu.
“Aku serius.”, sahutnya.
Aku belum berkata apa-apa, dia sudah kembali berbicara. “Aku mau ngelamar kamu.”
Aku melihat keseriusan tampak di matanya. Kali ini aku benar-benar tidak bisa berkata apa-apa dan tak sanggup lagi untuk menatap matanya. Aku benar-benar luluh dibuatnya. Perasaan kaget, tidak percaya, dan bahagia bercampur menjadi satu dengan porsi dominan bahagia. Aku pulang memberi tahu hal membahagiakan ini kepada ibuku. Dan lebih membahagiakan lagi ketika mendengar ibuku menyetujuinya. Dia memang calon menantu idaman ibuku. Dan aku tentunya. Bukannya aku pilih-pilih dalam mencari pasangan, hanya saja aku takut salah pilih. Karena pasanganku adalah orang yang akan menjadi pemimpinku kelak. Jadi, aku mencoba untuk sedikit selektif dalam memilihnya. Dan sosok seperti Mas Roni lah yang aku impi-impikan menjadi imamku. Aku percaya mimpiku itu akan segera menjadi nyata.

***

Pagi dalam gelap. Suara ayam berkokok bagaikan nyanyian wajib dikumandangkan untuk menyambut pagi. Ditemani alunan irama suara burung yang riang. Tetapi, bukan suara-suara itu yang membangunkan pagi itu. Melainkan suara ramai dari ibu dan para tetanggaku yang membicarakan tentang kabar yang menyeramkan. Aku mengumpulkan nyawaku dan mulai mencoba mendengarkan pembicaraan mereka. Samar-samar aku mendengar kata kecelakaan. Dan… mereka menyebut nama Mas Roni. Langsung saja aku bangkit dari tidurku dan bergegas keluar menghampiri arah suara tersebut.

“Buk, ada apa?”, tanyaku tak santai.
“Kecelakaan.”, jawab ibuku seraya menapku.
“Siapa? Siapa yang kecelakaan?, aku mulai panik.
“Roni.”, jawab ibuku lirih.
Tanpa berkata apapun aku langsung berlari ke kamar dan mengunci pintuku. Aku bersandar di pintu, butiran air mata keluar dengan derasnya. Tapi aku menahan suara tangisku, aku tak mau sampai tetanggaku mendengarnya.

Sore harinya, aku berangkat ke rumah sakit bersama sepupuku dengan diantarkan oleh kedua teman Mas Roni.
Sesampainya di rumah sakit, sebelum aku melihat kondisinya, aku bersalaman dengan sanak saudaranya yang berada di situ. Tak lama, kemudian aku masuk melihat kondisinya. Aku hanya terdiam melihat kondisi lelaki yang berada di kamar rawat itu. Sosok yang selama ini menemaninya dan mengisi hari-harinya, kini dijumpainya dengan keadaan yang memprihatinkan. Selang infus terpasang di tangannya. Lehernya dibalut dengan kain berwarna coklat yang aku tak tau apa namanya. Dan yang paling membuatku benar-benar seperti kehilangan separuh nyawa adalah mengetahui bahwa tulang kakinya patah. Dia menyuruhku duduk di sampingnya. Dia masih riang seperti biasa, tertawa dan mengajakku bercanda, seperti tak menahan sakit apapun di badannya.
Alhamdulillah tak sampai seminggu dia sudah diizinkan pulang. Baru beberapa hari, dia sudah terlihat pergi ke masjid untuk melakukan sholat Jum’at. Dengan penyangga kaki yang membantunya, dia berjalan ke masjid. Subhanallah. Terharu bercampur terkesima aku melihat lelaki itu. Lelaki model apa yang Kau ciptakan ini Ya Allah? Akankah dia benar-benar menjadi imamku? Semoga Engkau mengabulkan Ya Allah… Aamiin… Sepenggal do’aku saat itu.

***
Sore beranjak malam. Matahari telah hilang ditelan bumi. Suara adzan pun berkumandang. Aku bergegas mengambil air wudlu dan melaksanakan perintah Allah. Selepasnya, seperti biasa aku melanjutkan membaca Al-Qur’an. Selepasnya, aku bersila di depan laptop kesayangan. Tak lama kemudian ibuku datang. Duduk di sampingku. Ibuku memulai percakapan.

“El, gimana keadaan Mas Roni?”, tanya ibuku.
“Katanya udah baikan Bu.”, jawabku sambil menyalakan laptop.
“Alhamdulillah…”, kata ibuku.
“Iya, Alhamdulillah Bu… Semoga dia cepet sembuh.”, kataku sambil memeluk ibuku.
“Aamiin…”, ucap ibuku. Kemudian aku melepaskan pelukanku. Kami hening sejenak.
“El…”, panggil ibuku.
“Iya, Bu…”, aku menjawab.
“Tadi malam ayahmu cerita kalau sebenarnya Mas Roni lebih dulu berbicara dengan ayahmu tentang niatnya untuk melamarmu.”, ibuku mulai menjelaskan.
“Terus, Bu… Terus?”, tanyaku semangat.
“Sebenarnya ayahmu setuju dengan hal itu. Tetapi, setelah ditelusuri silsilah keluarga, ternyata kamu masih ada hubungan darah yang melarang kalian untuk menikah.”, jelas ibuku.

Seketika hatiku hancur. Seperti ada duri tajam yang menusuk dalam ke dalam hatiku. Dadaku sesak menahan air mata yang berlomba-lomba ingin menetes. Tetapi, aku tidak bisa melakukannya di depan ibuku. Aku juga tidak bisa membantah. Aku tidak bisa menentang takdir.
Tak ada satu katapun yang keluar dari mulutku. Ibuku seperti mengerti bagaimana sakitnya perasaanku saat itu. Aku masih tak percaya. Bagaimana mungkin ketulusan cinta dan kesucian niat kami yang selama ini bisa dipatahkan begitu saja oleh keadaan? Keadaan yang membuat aku dan dia tidak bisa bersatu. Keadaan yang memaksa kami untuk membuyarkan cinta tulus dan semua impian indah yang telah terukir. Akhirnya, mau tidak mau kami memutuskan untuk berpisah. Demi kebaikan kami berdua dan juga kebaikan keluarga kami.
 
@riri manjha..